Friday, October 2, 2015

“SOPO SING JUJUR,AJUR” BENARKAH DEMIKIAN?





Setelah sekian lama terjerembab oleh kesibukan yang lumayan menyita waktu di kampus. Akhirnya sekarang bisa menyempatkan sedikit waktu saya untuk berbagi  cerita ataupun sedikit pengetahuan yang saya miliki. Untuk kali ini saya ingin mencoba sedikit mengulas tentang salah satu slogan jawa “Sopo sing Jujur,Ajur” yang mempunyai makna bahwa barang siapa yang Jujur akan semakin hancur. Untuk membahas slogan tersebut, terlebih dahulu akan saya sampaikan tentang kejujuran terlebih dahulu.

Mengangkat topic tentang Kejujuran merupakan pembicaraan yang mahal, Kejujuran tak ubahnya ibarat barang langka, namun banyak orang yang mencarinya. Terasa susah mencari orang jujur atau yang bisa dipercaya, bahkan tak jarang orang kepercayaan kita pun bisa menjadi musuh dalam selimut. Di era kemajuan teknologi seperti sekarang ini, kejujuran merupakan modal yang paling mendasar. Keakuratan dalam memberikan informasi, berita, data, fakta atau memberikan kesaksian, pengiklanan, jual beli dan sebagainya semua tergantung kepada factor kejujuran. Contoh kecil saja ketika kita menggunakan foto editan pada profil Facebook atau medsos lainnya dengan tujuan untuk menjadikan foto tersebut terlihat lebih cantik atau lebih keren dari yang aslinya untuk menarik lawan jenis. Banyak kasus seperti itu yang telah terjadi yang membuat orang lain kecewa bahkan sampai menyebabkan terjadinya penipuan, penculikan hingga pelecehan seksual.

Banyak motif yang menyebabkan orang tidak mengindahkan kejujuran yang suci ini. Demi mengejar persaingan posisi/jabatan, persaingan bisnis, persaingan dalam kompetisi olahraga, dan dalam dunia pendidikan pun tak jarang dapat melupakan prinsip kejujuran. Apabila dalam dunia pendidikan saja sudah terlepas dari prinsip-prinsip kejujuran, maka bagaimana dengan yang di luar dunia pendidikan?


Demikian pula dalam rumah tangga, sangat perlu ditanamkan dan diterapkan prinsip kejujuran yang mulia ini. Betapa menyesalnya orang tua, bila sang anak sudah tidak bisa dipegang kejujurannya lagi? Betapa parahnya keretakan hubungan suami istri, bila keduanya tidak saling menaruh kepercayaan? Jika dalam keluarga saja ketidakjujuran membawa dampak negative yang luar biasa, maka bagaimana lagi dampak yang akan ditimbulkan dalam masyarakat yang lebih luas?

Jujur adalah Tanda Orang Yang Beriman
Sesungguhnya agama islam yang dibawa oleh baginda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam adalah agama yang menjunjung tinggi prinsip kejujuran. Beliau sendiri adalah seorang yang mendapat gelar Al-amin yang berarti orang yang dapat dipercaya. Karena Beliau melandasi setiap tindakannya diatas prinsip kejujuran. Dalam Al Quran Allah berfirman
“hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.” (At Taubah : 119)

Dalam ayat di atas, Allah memerintahkan kepada oprang-orang yang beriman agar orang mereka bertaqwa dan berjalan bersama orang-orang yang jujur. Artinya bahwa jika seseorang itu beriman maka konsekwensinya harus bertaqwa, dan salah satu bentuk taqwa adalah dengan bertindak dengan jujur. Karena kejujuran adalah tanda kesempurnaan iman dan taqwa seseorang kepada Allah.

Lantas bagaimana dengan slogan jawa yang mengatakan “Sopo sing Jujur,Ajur”? benarkah demikian? Mungkin slogan tersebut mengambil dari keadaan yang kebanyakan terjadi sekarang. Di mana sangat sulit menemukan orang yang jujur dan orang yang jujur biasanya kalah walaupun tidak semuanya berakhir demikian. Contoh real yang paling dekat dengan kita misalnya, Banyak siswa dari SD, SMP, SMA bahkan mahasiswa yang masih sering melakukan kecurangan pada saat ujian. Atau contoh lainnya adalah ketika sebagian besar politikus yang menghalalkan segala cara untuk memperoleh kekuasaannya sehingga orang-orang yang jujur akan mudah tersingkirkan.

Dilihat dengan sudut pandang akal pendek kita mungkin slogan tersebut memang benar adanya. Tetapi jika kita telusur lebih jauh lagi maka akan berbeda hasilnya. Dan slogan seperti itu juga mengajarkan kita akan sesuatu yang negative, mengapa demikian? Karena orang akan  beranggapan bahwa kejujuran akan membuat kita hancur dan kalah bersaing. Sehingga orang akan lebih memilih untuk meninggalkan prinsip-prinsip kejujuran dalam kehidupan sehari-hari. Bukannya memperbaiki suatu kerusakan malah justru semakin memperparah keadaan.

Setiap yang menabur biji kebaikan pasti ia akan menuai kebaikan dan demikian pula setiap yang menabur biji kejelekan pasti ia akan menuai kejelekan pula. Ini merupakan sunatullah( ketetapan dari Allah) yang sejalan dengan fitrah yang suci. Jujur merupakan amalan yang amat terpuji. Dari sebuah kejujuran maka akan tegak kebenaran, keadilan dan sekian banyak kebaikan di balikna. Hati akan menjadi lebih tenang dan tentram. Karena orang yang jujur itu tidak mengurangi atau menzhalimi hak orang lain. Sehingga menambah keparcayaan dari orang lain.

Cobalah perhatikan, bila seseorang berkata atau bertindak jujur, maka orang lain akan merasa dihormati, diperlakukan adil, tidak dizhallimi atau dikhianati. Sehingga menmbuhkan sikap saling percaya, menambah rajutan ukhuwah dan mahabbah(kasih saying). Namun sebaliknya, dari ketidakjujuran akan menyebabkan terjatuh dalam perbuatan zhalim dan curang yang menyebabkan memudarnyasikap saling percaya bahkan akan timbul kedengkian, permusuhan dan sikap jelek lainnya. Jadi kesimpulannya adalah, jika kita masih bisa bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip kejujuran mengapa kita harus berbuat sesutau yang tidak jujur?

Ingat! Jujur itu mahal, jadi mau jadi orang yang mahal da dihargai orang lain atau menjadi orang yang murahan yang dengan mudahnya diinjak-injak oleh orang lain.? Ya, jawabannya ada pada diri kita sendiri. Rasul aja jujur masa kamu engga.
#AyoJujur #SaveKejujuran #JujurItuIndah #JujurAlaRasulullah

Sumber referensi : Buletin saku Al Ilmu Edisi 01[1435 H]
Semarang, 1 Oktober 2015

Wednesday, September 9, 2015

PPA BALA-BALA

Di perguruan tinggi, bulan juli sd agustus merupakan awal-awalnya penerimaan mahasiswa baru. Para siswa lulusan SMA/SMK biasanya mulai berburu Perguruan Tinggi favorit, bahkan sudah dipersiapkan sebelum UN dilaksanakan dengan mendaftar SNMPTN maupun SBMPTN. Setelah mereka dinyatakan lolos atau diterima di Perguruan Tinggi masing-masing biasanya ada banyak serangkaian kegiatan yang harus diikuti oleh mahasiswa baru mulai dari Tes kesehatan, Verifikasi data, mengisi rencana studi, Program Pengenalan Akademik (PPA), Orientasi Kepramukaan dan sebagainya. 

Dari beberapa kegiatan tersebut, kegiatan yang paling berkesan adalah  Program Pengenalan Akademik (PPA) atau dulu sering disebut OSPEK. Dan ada yang perlu diluruskan di sini, bedanya PPA dengan OSPEK. Kalau denger kata Ospek tuh serem, maba disuruh ini itu, make kaos kaki belang belang, pake tas kardus, rambut diiket pake tali raffia, dan pake cocard aneh. Yang lebih seremnya lagi kakak-kakaknya galak, suka bentak-bentak dan apabila kita ngelakuin kesalahan hukumannya juga berat. Pokoknya perpeloncoan rentan sekali terjadi disitu, tekanan batin banget kan. Nah bedanya dengan PPA.?

Program Pengenalan Akademik atau yang biasa disingkat dengan PPA adalah seperti namanya yaitu program yang dirancang untuk mengenalkan dunia akademik di kampus yang diisi dengan berbagai materi hingga outbond. Penugasan yang diberikan kepada Maba pun lebih ke unsur kreatif dengan membuat essay, life planning, mind mapping, surat, pensi, dsb. Acaranya pun dikemas dengan lebih menarik dan tidak unsur perpeloncoan, sehingga kesan yang maba dapat yaitu Fun, edukatif, dan ngangenin.

Dan apa itu PPA BALA-BALA.?
Sebenarnya itu adalah yel-yel pada saat PPA di Fakultas Ekonomi Unnes kemarin, ya liriknya seperti ini (dinyanyiin pake lagunya trio kwek kwek – katanya)

PPA bala-bala katanya katanya
Brilian Pesertanya Nyatanya Nyatanya
FE Fakultas kita Wooww Wooww
Palling ngetop Gayanya  ihiik ihiik
PPA Unyu-unyu katanya-katanya
Imut dan lucu-lucu nyatanya-nyatanya
Kompak selalu satu Wooww Wooww
Semua orang tahu ihiik ihiikk

Hayoo siapa aja tadi yang ikut nyanyi.? Gimana asyik kan , hehehe
Dari kata bala-bala yang diambil dari nama makanan di jawa barat. Kalau istilah umumnya lebih dikenal namanya bakwan yaitu gorengan isi campur-campur, ada wortelnya, toge dan sayuran lainnya. Ya, PPA kemarin juga seperti bala-bala. Rasanya campur-campur sedih, gembira, haru dan tentunya sangat berkesan.

Untuk menyelenggarakan acara sebesar PPA ini butuh persiapan yang tidak sebentar, acara yang dilangsungkan tanggal 19-21 Agustus 2015 ini harus disiapkan dari awal bulan juli. Pengorbanan yang begitu besar ketika para panitia harus datang ke kampus seminggu setelah Hari raya idul fitri. Di mana waktu-waktu lebaran adalah momen yang paling special untuk berkumpul dengan keluarga. Tetapi karena ada PPA, kami harus mengorbankan waktu kebersamaan kami dengan orang tua tercinta. Semoga bisa berbirrul walidain di lain kesempatan. Kurang lebihnya satu bulan setengah waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan acara PPA ini. Dan hampir setiap hari kami melakukan rapat dan rapat, ya beginilah kalau jadi mahasiswa kura-kura, Kerjaannya ya kuliah rapat kuliah rapat. Ya sebenarnya tujuan ikut kepanitiaan PPA ini bukanlah untuk mencari popularitas, modusin maba, mau dianggap senior oleh maba, bales dendam ke maba atas apa yang dilakukan kakak tingkat di tahun sebelumnya, atau apapun itu. Tapi, ikut dalam kepanitiaan ini karena panggilan jiwa ingin mengabdi dan insyaa Allah kalau niatnya lurus, yang lain-lain akan ngikut dibelakang. Apa aja yang ngikut, pahalanya ngikut, berkahnya ngikut, jadi dikenal maba, banyak kenalan, punya pengalaman,  dan masih banyak lagi. hehehe

Nah itu, yang terpenting adalah luruskan niat dan jangan neko-neko. Banyak banget hal-hal yang didapat dari kegiatan PPA ini, terutama buatku selaku panitia. Mulai dari keluarga baru, pengalaman baru sampai semangat yang baru. Di PPA kemarin kebetulan aku diamanahi untuk menjadi coordinator Fasilitator, yaitu tim yang memfasilitasi coaching di pagi hari sebelum acara PPA inti dimulai. Selain amanah di fasilitator aku juga merangkap sebagai DIsman “bayangan” pada saat acara berlangsung. Nah disini capeknya luar biasa, capek banget nahan senyum berjam-jam. Karena disman dituntut harus bisa professional dalam menjalankan  tugasnya. Dan Alhamdulillah itu tidak terbawa setelah PPA usai, sekarang masih bisa tersenyum lebar J hehehe.

Ada hal yang paling berkesan, yaitu pada saat pertama kalinya aku dipercaya menjadi moderator di hadapan 900 generasi brilian, mahasiswa baru FE Unnes 2015. Pembicara yang dijadwalkan mengisi acara jam 7.30 harus datang sedikit terlambat yang membuat detak jantung ini semakin memburu, Ditambah demam panggung yang kian melanda dan dikejar-kejar terus sama koorlap/GO terkait waktu yang harus segera diselesaikan oleh pembicara. Wah lengkap sudah pengalaman jadi moderator pertama kalinya.

Selain hal-hal menarik diatas, ada hal yang sangat disesali. Ternyata ada perubahan waktu kegiatan di TOR(Term Of Refference) yang semula kegiatan diberikan istirahat pada jam 12,00 menjadi tanpa istirahat dan acara dilanjutkan sampai jam 2 siang. TOR fix tersebut baru diketahui pada pagi hari di hari pertama. Yang sangat disesalkan kenapa TOR yang terakhir itu tidak disosialisasikan kepada semua panitia. Karena Imbasnya adalah para peserta PPA hanya mempunyai waktu beberapa menit saja untuk melaksanakan Sholat Dhuhur, dank arena itu juga ada banyak yang akhirnya terpaksa tidak bisa melaksanakan sholat dhuhur dikarenakan antri wudlu orang sebanyak itu ditambah tempat sholat yang kurang memadai. Mungkin kalau istirahat untuk makan siang bisa ditunda sebentar, tapi kalau masalah Sholat itu kan sesuatu yang sangat vital dan tidak boleh ditinggalkan kecuali ada udzur. Terus DOSA 900 orang siapa yang mau nanggung..?? jangan sampai karena kelalaian acara kita menyebabkan banyak orang tidak bisa melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.  Astaghfirullah, semoga kami diampuni atas segala dosa yang kami perbuat. Aamiin

Sore itu di sujud panjangku tak terasa air mataku merangsek menerobos keluar, karena penyesalan atas kejadian yang telah terjadi di siang hari itu. Tak Cuma aku yang merasakan kesedihan dan penyesalan mendalam itu, ada beberapa akhwat yang harus ditenangkan, mereka terisak sambil menyeka air yang keluar dari matanya. Sungguh pemandangan yang sangat mengharukan dan akupun tak sanggup untuk melihatnya. Karena tidak ada yang bisa kulakukan. Tidak bisa membagi pundak untuk bersandar ataupun membantu menyeka air matanya. Tak ada seorangpun yang pantas melakukannya kecuali sang mahram dan yang sesame perempuan. Yah Itu hanya terjadi di balik layar, kalau di depan maba ya kita harus tetap tersenyum kecuali “Disman” yak. hahaha

Ya begitulah suka dan dukanya menjadi bagian dari keluarga besar PPA FE 2015. Tetaplah berkarya untuk membangun generasi Brilian yang “Madani”. Semoga silaturahim kita tetap terjaga hingga kita bertemu di akhirat nanti. Aamiin

Dan untuk adik-adik Mahasiswa Baru, selamat datang di kampus biru Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang dan selamat berjuang. Ingat surat yang kalian tulis untuk orangtua kalian di hari ketiga PPA. Semoga dapat membuat semangat kalian bangkit lagi ketika kalian sedang futur atau tidak semangat. Yuk kita berjuang bersama untuk wujudkan FE Brilian yang “MADANI”. Dimana ada nilai-nilai islam yang selalu mengiringi aktivitas keilmuan yang bertebaran di Kampus ini.
Semangat berdakwah, karena dakwah bukan hanya tugas pak Kiyai.

Semarang, 8 september 2015

Sunday, August 23, 2015

Keluar dari Zona Nyaman



Ketika kita sudah nyaman akan suatu keadaan, biasanya kita enggan untuk beranjak dari keadaan tersebut. Padahal  di luar sana masih banyak potensi yang  dapat digali untuk mendapatkan  zona yang lebih nyaman dari sebelumnya. Diibaratkan seperti orang yang  sedang nyaman-nyamannya tidur pagi, malas sekali rasanya untuk bangun dari tempat tidurnya, padahal apabila dia bangun, ada banyak aktivitas yang dapat dia lakukan.  Ya walaupun tidak ada jaminan lebih baik setelah kita keluar dari zona nyaman tersebut. Setidaknya ada kemauan dan usaha untuk berubah, entah hasilnya menjadi lebih baik ataupun sebaliknya.

Itulah kondisi yang sempat aku alami beberapa waktu silam sebelum memutuskan untuk melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi. Ya waktu itu setelah aku lulus sekolah SMK aku mencoba mengikuti rekruitmen pekerjaan yang dilakukan oleh dua perusahaan astra group, yaitu PT Astra Honda Motor dan PT Astra Otoparts Tbk. Dan dari hasil kedua tes yang aku ikiti ternyata aku diterima di dua perusahaan tersebut. Di AHM diterima sebagai karyawan pabrik yang bekerja merakit sepeda motor Honda sedangkan di Astra Otoparts posisinya sebagai mekanik di bengkel. Pastinya aku harus memilih salah satunya sebagai tempatku bekerja. Aku memutuskan untuk memillih bekerja di Astra Otoparts sebagai mekanik dan ditempatkan di Bandung. Aku memilih menjadi mekanik  karena memiliki prospek kerja yang bagus dan dapat menambah kompetensi di bidang otomotif. Setelah bekerja ternyata bukan hanya menambah keahlian di bidang otomotifnya saja tetapi ada banyak hal yang bisa aku dapat karena bukan hanya sekedar menjadi mekanik biasa, tetapi mekanik yang bisa menjual barang dagangannya. Banyak hal yang aku dapet mulai dari melatih cara berkomunikasi dengan pelanggan, melatih ketrampilan menjual, melatih mental saat membagikan brosur di perumahan dan di perempatan jalan dan masih banyak hal yang aku dapet dari sana. Yang sampai saat ini masih kurindukan adalah detik-detik ketika rekening tabunganku bertambah, haha iya itu lah yang ditunggu setiap bulannya. *Ceritanya lagi kangen sama Gajian.

Dengan uang dari hasil kerja itu aku bisa untuk beli makan, ngirim uang untuk orang tua, menabung dan masih ada sisa juga untuk membeli barang-barang keperluan lainnya. Rasanya enak aja kalau membeli sesuatu hasil dari kerja sendiri, apalagi bisa berbagi dengan orang tua tercinta. Walaupun itu semua tidak akan pernah cukup untuk membalas seluruh jasa yang mereka berikan kepada anaknya ini.

Setelah setengah tahun mencari Rizki di Kota Kembang Bandung, di suatu sore yang masih cerah tersinari oleh matahari yang hampir saja menenggelamkan diri tiba-tiba handphoneku bordering pertanda ada telepon yang masuk, dan itu ayahku. Dapet tawaran dari ayah untuk melanjutkan studiku, gembira memang mendengar kabar itu tapi tidak langsung aku iyakan perlu pertimbangan berhari-hari untuk memutuskannya. Ya karena memang sudah nyaman dengan keadaan saat itu, sudah menerima gaji yang cukup untuk pemuda sepertiku, udah nggak harus mikir mata pelajaran/kuliah, udah nggak usah mikir nyari kerja lagi dan masih banyak kenyamanan yang aku dapet dari situ. Kebanyakan orang juga akan merasa malas apabila dia harus kembali belajar di kelas setelah dia bekerja dan mendapat materi yang cukup menggiurkan. Atau itu Cuma perasaanku doang ya, tapi kayaknya nggak deh memang begitu adanya. Hehe :D

Setelah aku pertimbangkan beberapa hari, aku memutuskan untuk keluar dari zona nyaman ini, mencoba untuk kembali bergelut dengan buku-buku, ingin mencoba memperbaiki dan menambah kualitas diri dengan masuk di perguruan tinggi. Memang iya tidak ada jaminan setelah lulus kuliah akan mudah mendapat pekerjaan, bahkan yang lebih baik dari pekerjaanku sebelumnya. Atau malah sebaliknya, ada kemungkinan juga karena malas-malasan kuliah akhirnya tidak lulus-lulus dan berakhir dengan DO. Kan malah menghabiskan uang saja tidak ada hasil. Ya, kemungkinan buruk itu pasti ada. Yang penting aku harus optimis dulu dengan hasil yang akan aku raih.

Untuk masuk perguruan tinggi negeri pasti harus dengan usaha, mulai dari mendafar tes SBMPTN sampai dengan registrasi di PTN yang menerima. Tidak banyak persiapan yang aku lakukan sebenarnya, untuk belajar menghadapi tes pun Cuma dilakukan sebulan sebelum dilangsungkannya tes tersebut, dan hanya pada hari libur kerjaku( 2 hari dalam seminggu). Dan akhirnya pengumuman menyatakan aku lolos tes SBMPTN dan diterima di Universitas Negeri Semarang. Aku sangat bersyukur karena bisa diterima di PTN, itu artinya aku masih bisa membayar biaya kuliah yang lebih rendah daripada di PT Swasta. Ya di akhir kontrak kerjaku di Astra Otoparts, aku memutuskan untuk tidak melanjutkan kontrak kerjanya lagi. Walaupun  berat sebenarnya melepas itu semua, tapi ini jalan yang aku pilih tetap harus disyukuri.

Hijrahku ke Semarang untuk belajar ternyata membawa perubahan yang cukup signifikan. Tidak hanya raganya saja yang berhijrah tetapi hati ini juga ikut berhijrah dari kegalauan yang sebelumnya melanda kepada kenyamanan yang nyata. Perburuan ini dimulai pada saat masih menjadi mahasiswa baru alias maba. Maba yang masih pengen tahu ini itu, pengen masuk organisasi ini dan itu. Akhirnya berlabuh juga di suatu organisasi kerohanian islam namanya EKSIS FE UNNES, dengan niat agar aku bisa berkumpul dengan orang-orang yang punya semangat agama yang tinggi dan harapanku biar bisa ketularan seperti mereka. Sebulan dua bulan masih beradaptasi dengan lingkungan yang ada, Tanya ini itu, ikut ini itu. Mulai dari Syuro pagi dengan kekhasannya yang memakai hijab pembatasan putra dan putri, dimulai dengan tilawah dan taujih dan sebagainya, hingga ikut kajian-kajian islami yang diadakan EKSIS. Di sinilah aku menemukan keluarga baru yang sangat terasa kekeluargaannya.

Selain di organisasi, kegiatan kuliah pun berjalan lancar walaupun pada awalnya rada tersendat karena basicnya aku bukan dari SMK Ekonomi ataupun SMA IPS. Ya apapun kalau dinikmati maka hanya rasa syukur yang ada. Tidak terasa sudah 1 tahun aku tinggal di semarang. Dan sekarang aku sedang menikmati kesibukanku sebagai mahasiswa yang belajar di kelas dan sibuk menjadi aktivis di organisasi. Aku merasa sangat bersyukur telah menjadi keluarga besar Universitas Negeri Semarang, tidak memandang karena universitas kelas atas atau menengah tetapi karena nikmat iman dan islam yang telah Allah hadirkan di sini.  Alhasil setelah 20 tahun lamanya akhirnya aku bisa benar-benar menikmati indahnya islam sedikit demi sedikit. Ya, hidayah memang tidak ada yang tahu kapan datangnya kecuali Allah.

Ya itulah sedikit kisah yang pernah aku alami. Keluar dari zona nyaman bukan berarti setalah itu kita tidak bisa kembali mendapatkan kenyamanan itu lagi. Malah justru berpotensi mendapat yang lebih nyaman dari sebelumnya. Nyaman itu bukan hanya sekedar materi, tidak selamnya bisa ditukar dengan materi. Kenyamanan hatilah yang paling utama, hati yang ingin selalu tertaut kepada Allah.

Dari seorang yang sedang mempersiapkan mimpi-mimpinya dan siap keluar dari zona nyaman ini untuk memperoleh Zona Nyaman berikutnya.


Semarang, 23 Agustus 2015

Sunday, July 26, 2015

Jadi Penulis? Siapa Takut


Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara. Menulis biasa dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil. Pada awal sejarahnya, menulis dilakukan dengan menggunakan gambar, contohnya tulisan hieroglif (hieroglyph) pada zaman Mesir Kuno.
Tulisan dengan aksara muncul sekitar 5000 tahun lalu. Orang-orang Sumeria (Irak saat ini) menciptakan tanda-tanda pada tanah liat. Tanda-tanda tersebut mewakili bunyi, berbeda dengan huruf-huruf hieroglif yang mewakili kata-kata atau benda.
Kegiatan menulis berkembang pesat sejak diciptakannya teknik percetakan, yang menyebabkan orang makin giat menulis karena karya mereka mudah diterbitkan.

Yah itulah sekilas informasi tentang menulis yang dikutip dari Ensiklopedia bebas bahasa Indonesia. Entah mengapa akhir-akhir ini aku jadi lebih suka menulis, menuangkan apa yang ada dipikiran ke kertas ataupun diketik pake laptop. Ya walaupun tulisanku masih kurang rapi, masih perlu banyak belajar lagi. Banyak tokoh-tokoh inspiraor dalam menulis, contohnya Ustadz Habiburrahman dengan novel Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih yang sukses menjadikan novel-novelnya berada di deretan novel terlaris di Indonesia, dan yang akhirnya diadaptasi menjadi film yang cukup laris juga.

Dan masih banyak penulis yang karyanya banyak digemari seperti Asma Nadia dengan "Catatan Hati seorang Istri", Andrea Hirata dengan "Laskar Pelangi"-nya, Anwar Fuadi dengan "Negeri 5 Menara"-nya

ataupun Raditya dika dengan buku-buku komedinya. Menjadi penulis seperti mereka memang tidak mudah. Butuh kerja keras untuk menghasilkan karya-karya seperti mereka. Buktinya aku nulis 2 halaman saja butuh waktu berjam-jam untuk menyelesaikannya, hahaha. Tapi tidak apa-apa yang penting sudah ada usahanya untuk memulai latihan menulis. Menulis itu bisa membuka wawasan kita dan melatih cara berpikir kita.
Ada kisah dari kakak angkatanku di Fakultas Ekonomi Unnes namanya kak Eva Andriani. Dia adalah mahasiswi bidikmisi yang sudah mendapat penghasilan dari menulis. Dia bekerja freelance menulis artikel, setiap hari harus menulis artikel bahkan seharinya bisa menghasilkan 4 artikel (gitu sih kata pak PD3). Empat artikel sehari gitu, ehm banget kan. Nah dengan begitu pasti akan membuka wawasan kita, karena pada saat menulis artikel dibutuhkan referensi atau sumber-sumber yang harus dibaca. Nah menulis dan membaca itu memang satu paket, orang yang suka menulis itu pasti suka membaca tetapi orang yang suka membaca belum tentu suka menulis juga. Oya balik lagi ke kak Eva Andriani, dengan wawasannya itulah akhirnya dia menjadi Mahasiswa Berprestasi Utama FE Unnes dan sekaligus Mahasiswa Berprestasi Utama Universitas Negeri Semarang. Wah keren kan.

Banyak lho manfaat menulis, selain menambah wawasan juga bisa ngilangin stress, teman curhat, nyalurin hobi, menciptakan ide-ide baru, “menghasilkan duit”, mencegah kepikunan, sebagai media belajar dan bisa juga untuk media berdakwah yang cukup efektif. Tuh banyak kan manfaatnya, tungu apa lagi ayo mulai menulis. Tulis apa aja deh yang ada di pikiran kita tuangkan aja langsung menjadi tulisan. Mungkin kalau cewek-cewek banyak yang suka nulis di buku Diare Diary yak, kalau aku sih apa atuh, hihihi. Bisa dikembangin tuh yang suka nulis di buku diary, siapa tahu dikumpulin bisa jadi buku, buku diary hehehe.

Menulis bisa menghasilkan duit.? Bisa dong! Masa sih? Iya beneran itu buktinya kak Eva Andriani masih kuliah udah dapat penghasilan dari menulis. Caranya bisa nulis artikel dan berita untuk media cetak maupun online, ataupun menulis buku untuk diterbitkan. Syukur-syukur bukunya laris dan jadi best seller biar dapet royaltynya banyak juga, hehehe. Tapi menulis itu gampang-gampang sulit, gampang bagi yang sudah biasa sulit bagi yang belum biasa. Walaupun demikian sebenarnya semua orang itu bisa menulis, tinggal kitanya aja yang mau memulai nulis atau tidak. Karena hidup itu pilihan, menulis juga pilihan, dan jadi penulis juga pilihan.
Penulis itu pekerjaan yang tidak mengikat dan fleksibel, karena ada beberapa orang yang tidak cocok bekerja di air. Hihi. Kalo orang nulis bisa dilakukan di manapun dan kapanpun, juga bisa sambil makan, sambil dengerin music, sambil nonton tv, atau sambil boker mungkin. Haha. Maka dari itu menjadi penulis itu bisa dijadikan sebagai pekerjaan sampingan, apalagi buat yang masih sekolah atau lagi kuliah. Cocok banget buat nambah-nambah uang saku. Walaupun enak begitu, tapi jarang ada(bahkan ga ada) anak kecil yang punya cita-cita jadi penulis. Kebanyakan dari mereka inginnya jadi dokter, pilot ataupun tentara. Tapi semakin gede banyak yang luntur cita cita awal mereka. Selain biaya untuk menjadi dokter dan pilot yang mahal, mereka juga sudah mulai terbuka wawasannya mengenai profesi yang ada itu sangat banyak dan mereka akan memilih sesuai dengan minat, bakat dan keahliannya. Termasuk jadi penulis, karena akhir-akhir ini aku jadi punya keinginan untuk menjadi seorang penulis. Tetapi tetap mempunyai pekerjaan lain, entah penulis menjadi pekerjaan sampingan atau malah jadi pekerjaan utamanya. Tapi kalau melihat kondisiku saat ini masih jauh yah untuk jadi seorang penulis. Maka dari itu masih perlu banyak latihan, termasuk latihan menulis di blog ini. Jadi buat yang baca mohon maklum kalau tulisan aku ini masih rada gaje.hehe.

Menjadi penulis selain mendapat penghasilan di dunia, penulis juga bisa dapat memperoleh penghasilan di akhirat juga lho. Dengan cara ber-amar makruf nahi munkar lewat tulisan, menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari keburukan. Buat para aktivis dakwah inilah media dakwah kalian. Jadi dakwah tidak harus ceramah di depan orang banyak yang kita sebenarnya belum mempunyai kapasitas sebagai penceramah. Dakwah lewat tulisan lebih mudah dan kontennya bisa disimpan barangkali kita yang sering lupa bisa dibaca lagi tulisannya. Dan dapat dilakukan oleh siapa saja, apalagi zaman sekarang sudah dipermudah dengan facebook, bbm, Whatsapp, Twitter, instagram dsb. Tulis tuh akun-akun medsos tadi dengan konten-konten dakwah. Asalkan tetap berpegang dengan Al Quran dan As Sunnah. Insyaa Allah berkah dengan membagikan ilmu apa yang kita ketahui dengan orang lain walaupun hanya satu ayat.
Image by Google

Banyak banget kan manfaat yang didapat dari menulis, semoga tulisan ini dapat menjadi inspirasi untuk kita agar lebih mencintai kegiatan menulis, terutama buat aku pribadi yang ceritanya pengen jadi penulis buku best seller ini. Semoga tetap istiqomah dengan kecintaan menulis ini. Dan semoga kita semua tetap dalam lindungan Allah Swt. Aamiin ya Rabbal’alamin.
Jadi Penulis?Siapa takut!

Semarang, 26 Juli 2015