Tuesday, November 7, 2017

Sepenggal kisah 411



Di Atas jembatan penyebrangan


Di akhir tahun 2016 lalu, Indonesia digegerkan dengan kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ahok ketika melakukan kunjungan kerja ke pulau seribu. Videonya menjadi viral karena kata-kata sindiran ahok tentang pilgub DKI menyinggung kitab suci Ummat Islam. Sontak ummat Islam di Indonesia marah besar atas kejadian ini, sehingga muncul lah beberapa aksi besar yang menuntut keadilan agar Ahok segera ditangkap.
Saya pun tak mau ketinggalan, saya ambil bagian dalam aksis kedua yang bertajuk Aksi Damai 411. Sesuai dengan namanya, aksi ini berlangsung pada hari jumat 4 November 2016 dan dihadiri sekurang-kurangnya 200ribu ummat muslim dari seluruh penjuru nusantara. Saya berangkat ke Jakarta bersama rombongan Pondok Pesantren “NU” Madinah Munawarah Tembalang. Waktu itu saya memang sedang mencari-cari teman untuk berangkat bareng, kan nggak lucu kalau ikut aksi berangkat sendirian ketahuan banget jomblonya. Ketika itu dapet kabar dari teman bahwa pesantren madinah munawarah menyewa satu bus buat berangkat Aksi Damai 411 tapi masih ada beberapa kursi yang kosong. Langsung saya hubungi ketua rombongannya dan Alhamdulillah saya bisa ikut berangkat bersama rombongan. Kami berangkat dari semarang  hari kamis pukul 13.00, pas di jam itu juga sebenarnya saya harus mengikuti Ujian Tengah Semester mata kuliah Metodologi penelitian namun saya lebih memilih untuk berangkat ke Jakarta.
Setibanya di Masjid Istiqlal Jakarta rombongan segera menjalankan ibadah sholat subuh berjamaah di masjid terbesar se- asia teggara ini . Dan kemudian sholat jumat bersama ratusan ribu jamaah yang memenuhi masjid ini. Saat itu saya berada di lantai paling atas bersama beberapa teman satu rombongan. MasyaAllah, jamaah sudah penuh sesak ketika kami menuruni tangga dari lantai paling atas. Kumandang takbir dan yel yel Aksi Bela Islam terus dilantunkan melalui pengeras suara. Rasa haru menyelimuti hati ini, begitu kecilnya diri ini berada diantara lautan manusia yang dipersaudarakan oleh aqidah islam. Hati mereka digerakkan oleh Allah untuk bersatu bersama-sama membela keadilan, membela islam.
Banyaknya peserta aksi membuat jalan sekitar masjid istiqlal penuh sesak dan hanya bisa berjalan perlahan. Sampai waktu ashar tiba, massa masih mengekor sampai masjid istiqlal. Itu berarti peserta paling belakang masih belum bisa bergerak keluar dari area istiqlal. Aksis Damai ini meninggalkan berbagai kisah unik mulai dari adanya para relawan yang dengan senang hati mengumpulkan sampah peserta aksi, para pedangan yang membagikan dagangannya secara sukarela hingga kisah haru peserta aksi yang memberikan jalan dan mengawal sepasang pengantin nasrani yang akan menlaksanakan pernikahannya di gereja katedral. Saya sendiri sangat kagum dengan guru saya, AA gym. Beliau dengan sigap turun langsung ikut membersihkan area masjid istiqlal dengan dibantu para santri Daarut Tauhiid yang khas dengan slayer di lehernya. Sebagai salah satu santri DT, tentu saja saya sangat paham dengan salah satu prinsip yang selalu diterapkan kepada santri-santrinya yaitu tentang kebersihan.
Ada juga kisah yang unik dan cukup mendebarkan, selepas sholat maghrib situasi di depan mulai pecah. Terjadi kericuhan yang entah siapa pemicunya, karena banyak sekali penyusup yang memprovokasi pihak keamanan maupun provokasi kepada peserta aksi. Salah seorang dari rombongan kami belum juga kembali  ke BUS. Beberapa kawan sudah mencoba mencari namun hasilnya nihil karena sangat sulit mencari satu orang dari ratusan ribu orang yag tumpah ruah di jalanan. Handphonepun sudah dipastikan sudah tidak berdaya karena seharian tidak menerima suplai energy. Hingga pukul 21.00 belum juga kembali, kami sudah pasrah dan meninggalkan dia di Jakarta. Namun, sesaat mesin Bus dihidupkan tiba-tiba dia datang dengan mata sudah dicoret coret dengan pasta gigi untuk menahan rasa perih akibat gas air mata yang disemprotkan polisi. Alhamdulillah rombongan bisa pulang dengan lengkap.
Ini merupakan pengalaman yang mungkin tak terlupakan, ada rasa kebanggan tersendiri menjadi bagian dari 200ribu ummat islam yang mengikuti Aksi damai. Setidaknya saya telah ikut berjuang membela islam ketika islam dinista. Tidak hanya menjadi penonton apalagi pihak yang mendukung sang penista. Dari kejadian ini pun bisa kita lihat bermunculannya orang-orang yang bisa dikatakan munafik seperti zaman Rasulullah. Semoga kita senantiasa bisa menjaga lisan kita agar apa yang kita katakan tidak menyakiti saudara kita. Apalagi sampai menyakiti milyaran ummat islam di dunia. Apapun yang kita lakukan pasti akan dimintai pertanggung jawabannya nanti di akhirat. Wallohu a’lam bisshowab.

Demak, 9 September 2017

PERJALANAN



Salah satu moment jalan-jalan @Malioboro


Gue adalah orang  yang suka sekali berpergian kesana kemari dan tertawa ( eh malah jadi nyanyi). Kalo kata anak jaman now nih ya lebih sering disebut travelling. Kita sebut sajalah Jalan-jalan, pake bahasa pribumi biar lebih dramatis. Ketika jalan-jalan ke luar kota, gue sih lebih seringnya menggunakan transportasi umum daripada harus capek-capek naik sepeda motor. Karena, yang pertama bisa buat tidur, bisa sambil baca buku, bisa sambil musikan dan yang paling seru adalah bisa ketemu sama orang-orang baru yang bisa kita ajak ngobrol. Apalagi kalau ketemu sama ukhti-ukhti calon jodoh. Bakalan betah deh pokoknya.
Setiap Perjalanan pasti selalu meninggalkan banyak cerita. Pernah ketinggalan kereta? Beloom. Pernah ketinggalan pesawat? Belum. Pernah kecopetan? Belum juga. Terus apa dong yang mau di ceritain? Yang diceritain yang bagus bagus aja dah. Wkwkwk
Oke, yang pertama gue ingin cerita tentang moda transportasi yang pernah gue pakai. Banyak ya mulai dari ojek, bus, becak, busway, BRT, bus trans jogja, bus trans solo, bus trans Bandung, Kereta api, taksi, pesawat televisi, pesawat telepon. Mulai dari yang kelas ekonomi biasa, ekonomi ac. Bisnis, eksekutif, hingga kelas masak juga udah pernah gue jabanin. Tapi jujur kalau naik bus gue lebih suka yang bus patas minimal kelas bisnis seat 2-2. Karena bus patas tidak akan ngetem lama nyari penumpang di jalanan, penumpangnya maksimal sesuai kapasitas tempat duduk dan yang paling penting lebih aman ketika kita mendapat tempat duduk di sebelah cewek. Karena ruang tempat duduknya cukup luas jadi kita lebih aman dari risiko bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan makhrom. Udah sering denger kan kalo banyak terjadi pelecehan seksual di bus atau kereta yang sesak dengan penumpang. Dari sinilah gue bercita-cita ingin menjadi pengusaha di bidang transportasi yang akan membuat model BUS SYARI. Jadi para penumpang akan mendaatkan nomor tempat duduk dengan sesama jenisnya kecuali dia bersama dengan makhromnya, boleh bersebelahan. Aamiinkan sajalah ya sob.
Dalam suatu perjalan, kita juga bisa belajar banyak hal. Ketika bareng rombongan misalnya, karena gue ngga sendiri otomatis kita harus menunjuk satu pemimpin rombongan. Sudah jelaskan, kita belajar tentang kepemimpinan disitu. Kita juga bisa belajar tentang kesabaran dan belajar untuk menahan ego kita masing masing. Iya dong, ngga bisa kita egois ninggalin temen-temen kita walaupun mereka sering merepotkan misalnya, atau ninggalin temen karena dia jalannya pelan dan suka berhenti. Gue pernah merasakan, dua kali malahan. waktu itu ketika acara PPB 10 dan Munas FULDFEI. Gue bareng kan sama delegasi UNNES yang mayoritas akhwat (cewek). Ketika acara selesai, temen-temen harus pulang hari itu juga karena besoknya sudah kuliah. Tapi gue punya waktu banyak, bisa pulang besoknya lagi. Dan sebenernya gue pengennya balik besok, karena mau jalan-jalan dulu sama temen-temen peserta lain, jarang-jarang ketemu juga kan sama mereka-mereka. Tapi, karena gue punya tanggung jawab jadi pemimpin perjalan maka gue harus ikut balik ngawal temen-temen sampai balik ke tempatnya masing-masing. Walaupun sebenernya nyesek sih, tapi ya harus belajar merelakan juga. Nah disitulah diuji kesabaran, egosentrisme, keikhlasan dan ah sudahlah.
 Sekali lagi, kita harus menahan ego kita masing-masing. Ada lebih banyak keseruan ketka perjalanmu bareng sama temen, apalagi sama pasangan halal. Eyaakkk. Oke deh, sementara ini dulu cerita gue tentang perjalanan, masih banyak tempat yang pengen gue kunjungi dan aka nada banyak lagi cerita-cerita tentang perjalanan, terutama perjalan kehidupan ini.


Kereta Api Kamandaka Purwokerto - Semarang, 7 November 2017

Ketika EKSIS Menjadi Tempat Berlabuh



Foto Candid



Hallo Sobat EKSIS, ada sebuah kisah menarik nih dari salah satu fungsionaris EKSIS, Sebut saja namanya Abdullah (Hamba Allah). Kisah itu berawal ketika ia menjadi seorang Mahasiswa Baru (red Maba) di kampus kita tercinta, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Layaknya seperti maba lainnya yang sedang semangat mencari hal-hal baru, wajar saja jika seorang maba menjadi super aktif dalam mengikuti kegiatan kemahasiswaan. Bukan hal baru lagi ketika seorang maba mendaftar di banyak organisasi kemahasiswaan. Banyak sekali motivasi yang mereka sampaikan ketika mendaftar di  organisasi kemahasiswaan, mulai dari ingin memperbaiki diri, menambah pengalaman, mencari teman, belajar, sampai motivasi untuk mencari jodoh berkualitas, eh.
Seorang Abdullah pada waktu itu juga mengalami hal yang sama, dengan semangatnya ia menjadi anggota magang di 3 organisasi di saat yang bersamaan. Nggak kebayang kan betapa sibuknya dia yang harus kesana kemari mengikuti berbagai agenda yang ada. Coba hitung berapa kali dia rapat dalam seminggu, minimalnya ada 3 kali rapat. Namun itu semua merupakan proses yang harus dia jalani. Proses mencari jalan mana yang paling nyaman untuk dia pilih dalam mencapai tujuannya. Satu semester penuh bergelut dengan kegiatan ke-MABA-an, sudah cukup membuat Abdullah  menentukan sikapnya memilih jalan yang nyaman untuk berkarya. Abdullah dengan mantapnya memilih EKSIS sebagai rumahnya.
Keinginginan untuk memperbaiki diri dan belajar ilmu agama inilah yang rupanya membuat Abdullah semakin mantap menapaki jejaknya di EKSIS. Di EKSIS dia dipertemukan dengan sahabat-sahabat yang memiliki semangat yang sama dalam memperbaiki diri menjadi lebih baik, atau istilah kerennya “Hijrah”. Kata Rasul, jika kita berkawan dengan penjual parfum maka kita akan kecipratan wanginya, namun ketika kita berkawan dengan tukang pandai besi maka kita akan ikut kena panasnya. Maka dengan berada di lingkungan orang yang memiliki semangat berhijrah, Abdullah berharap akan terjaga terus semangat hijrahnya.
Namun setelah hijrah, bukan berarti jalan kita akan mulus mulus saja tanpa ujian. Karena Allah akan menguji hamba-Nya sesuai dengan kadar keiamanan dan kemampuannya. Terkadang ada banyak ujian yang harus kita lewati setelah kita memutuskan untuk hijrah, contohnya saja kita bakalan dapat pertanyaan – pertanyaan tanda keheranan dari teman ataupun keluarga seperti kamu kok sekarang beda, komu kok sekarang begini, sekarang begitu, kamu kok udah enggak asyik lagi atau yang lebih ekstrem ditanya sekarang ikut aliran apa sih? Kok jenggotan, kok jilbabnya jadi gede? Plis deh gue masih seperti yang dulu, Cuma lagi berproses menjadi pribadi yang lebih baik aja. Eeaaakk.
Yap, intinya setelah engkau memutuskan untuk berhijrah, masih ada istiqomah yang dipertanyakan. Kita harus tetap istiqomah berjalan di dalam kebaikan, tetap istiqomah walaupun harus melewati berbagai ujian. Disinilah peran lingkungan sangat menentukan, maka bersyukurlah ketika kita mendapatkan rizqi berupa hadirnya sahabat-sahabat sholih di sekeliling kita. Selamat untuk kawan - kawan yang telah memilih EKSIS menjadi tempat berlabuh. Perjalan masih panjang kawan, jangan kasih kendor, rapatkan barisan. (AP)


Semarang, 3 Oktober 2017