Di era globalisasi seperti
sekarang ini banyak sekali produk-produk yang kita nikmati dalam kehidupan
sehari-hari merupakan produk import ataupun produk perusahaan asing yang ada di
dalam negeri. Di tengah-tengah serbuan produk asing seperti ini, membuat kita
semakin sulit mencari produk lokal. Dan ini pun diamini dengan maraknya
minimarket maupun supermarket yang juga milik asing. Sudah dipastikan laba yang
didapat dari konsumen Indonesia lari ke luar negeri, dan bagaimana dengan produk
lokal? Produk lokal mudah sekali tersingkirkan dari pasar. Padahal jika kita
lebih mencintai produk local, kita dapat membantu mensejahterakan masyarakat
kita sendiri. Karena semua keuntungan yang didapatkan sudah dapat dipastikan
berputar di dalam negeri.
Kembali ke produk dari perusahaan
asing yang sering kita jumpai mulai dari air minum kemasan, peralatan mandi dan
mencuci, makanan, hingga alat-alat elektronik. Dari perusahaan tersebut
sebagian besar kepemilikan sahamnya adalah pihak asing. Sebagai muslim kita
juga harus cermat memilih produk-produk yang halal dan thoyyib. Selain itu kita
juga harus waspada dengan perusahaan yang tidak berafiliasi dengan Islam.
Bahkan perusahaan inilah yang masih sangat sulit untuk kita hindari produknya.
Contohnya Uniliver, Danone, Coca Cola, Nestle, Starbuck, Mc Donald, dan masih
banyak lagi. Bayangkan saja dari sekian banyak produk yang telah kita pakai,
tahukah kemana arus perputaran uang dari perusahaan tersebut.? Dari sedikit
yang saya sebutkan diatas merupakan produk-produk Amerika dan Yahudi yang tidak
berafiliasi dengan ummat islam. Bisa saja dana dari keuntungannya digunakan
untuk membiayai proyek besar misionaris, bahkan ada dana yang cukup besar yang
digunakan untuk membiayai perang membantai saudara kita yang ada di Bumi Syam(
Palestina, Suriah, Yaman, Yordania). Dan tanpa kita sadari kita telah
berkontribusi membantu lawan-lawan islam untuk memerangi ummat islam sendiri. Seperti
yang sudah kita ketahui bahwa Zionis Israel dibantu Amerika bertahun-tahun
secara biadab memerangi Palestina, negerinya para nabi, negeri dimana terdapat
Al Aqsha yang merupakan masjid ke-tiga yang yang diutamakan untuk dikunjungi
ummat Islam di dunia. Tapi apa, Al Aqsha sekarang sudah dikuasai oleh Zionis
Israel. Lantas bagaimana perasaan kita sebagai muslim?
Seharusnya kita marah melihat
tempat suci ummat muslim dijajah. Minimal hati kita terketuk melihat saudara
muslim kita menderita di buminya para nabi itu, dan setidaknya kita selalu
menyelipkan nama mereka di setiap doa kita. Lantas setelah itu sebaiknya hal
yang kita lakukan sebisa mungkin untuk sedikit demi sedikit menghindari
produk-produk mereka, jangan sampai peluru-peluru yang menembus kepala bayi
palestina dan rudal-rudal yang menghancurkan tempat ibadah merupakan hasil dari
sumbangan kita. Bayangkan saja satu produk yang kita beli dapat menghilangkan
satu nyawa bayi palestina yang tidak berdosa.
Bismillah, yuk mulai sekarang
kita hijrah produk. Banyak kok produk-produk yang dapat kita gunakan
sehari-hari yang sudah jelas kehalalannya dan yang pasti tidak memusuhi Islam.
Muslim yang hebat itu dapat meminimalisir keburukan dan kemudharatan yang ada
di sekeliling kita. Memang tidak mudah untuk meninggalkan apa yang sudah
menjadi kebiasaan kita, namun bukan sesuatu yang tidak mungkin jika Allah
memang sudah berkehendak. Umar bin Khatab dan Khalid bin Walid dua orang yang
sangat memusuhi islam pun akhirnya luluh hatinya dan berbalik mati-matian
membela kehormatan Islam. Jadi mau tunggu apalagi, mari kita bersama-sama
selamatkan saudara muslim kita dengan meninggalkan produk-produk yang tidak
berafiliasi dengan islam dan kita pakai produk saudara muslim kita untuk meningkatkan
dan menguatkan kondisi ekonomi mereka. YUK pakai produk islam dan gapai ridho
Illahi.
Semarang,
21 Mei 2016