Ketika
kita sudah nyaman akan suatu keadaan, biasanya kita enggan untuk beranjak dari
keadaan tersebut. Padahal di luar sana
masih banyak potensi yang dapat digali
untuk mendapatkan zona yang lebih nyaman
dari sebelumnya. Diibaratkan seperti orang yang
sedang nyaman-nyamannya tidur pagi, malas sekali rasanya untuk bangun
dari tempat tidurnya, padahal apabila dia bangun, ada banyak aktivitas yang
dapat dia lakukan. Ya walaupun tidak ada
jaminan lebih baik setelah kita keluar dari zona nyaman tersebut. Setidaknya
ada kemauan dan usaha untuk berubah, entah hasilnya menjadi lebih baik ataupun
sebaliknya.
Itulah
kondisi yang sempat aku alami beberapa waktu silam sebelum memutuskan untuk
melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi. Ya waktu itu setelah aku lulus
sekolah SMK aku mencoba mengikuti rekruitmen pekerjaan yang dilakukan oleh dua perusahaan
astra group, yaitu PT Astra Honda Motor dan PT Astra Otoparts Tbk. Dan dari
hasil kedua tes yang aku ikiti ternyata aku diterima di dua perusahaan
tersebut. Di AHM diterima sebagai karyawan pabrik yang bekerja merakit sepeda
motor Honda sedangkan di Astra Otoparts posisinya sebagai mekanik di bengkel.
Pastinya aku harus memilih salah satunya sebagai tempatku bekerja. Aku
memutuskan untuk memillih bekerja di Astra Otoparts sebagai mekanik dan
ditempatkan di Bandung. Aku memilih menjadi mekanik karena memiliki prospek kerja yang bagus dan
dapat menambah kompetensi di bidang otomotif. Setelah bekerja ternyata bukan
hanya menambah keahlian di bidang otomotifnya saja tetapi ada banyak hal yang
bisa aku dapat karena bukan hanya sekedar menjadi mekanik biasa, tetapi mekanik
yang bisa menjual barang dagangannya. Banyak hal yang aku dapet mulai dari
melatih cara berkomunikasi dengan pelanggan, melatih ketrampilan menjual,
melatih mental saat membagikan brosur di perumahan dan di perempatan jalan dan
masih banyak hal yang aku dapet dari sana. Yang sampai saat ini masih
kurindukan adalah detik-detik ketika rekening tabunganku bertambah, haha iya
itu lah yang ditunggu setiap bulannya. *Ceritanya lagi kangen sama Gajian.
Dengan
uang dari hasil kerja itu aku bisa untuk beli makan, ngirim uang untuk orang
tua, menabung dan masih ada sisa juga untuk membeli barang-barang keperluan
lainnya. Rasanya enak aja kalau membeli sesuatu hasil dari kerja sendiri,
apalagi bisa berbagi dengan orang tua tercinta. Walaupun itu semua tidak akan
pernah cukup untuk membalas seluruh jasa yang mereka berikan kepada anaknya
ini.
Setelah
setengah tahun mencari Rizki di Kota Kembang Bandung, di suatu sore yang masih
cerah tersinari oleh matahari yang hampir saja menenggelamkan diri tiba-tiba
handphoneku bordering pertanda ada telepon yang masuk, dan itu ayahku. Dapet
tawaran dari ayah untuk melanjutkan studiku, gembira memang mendengar kabar itu
tapi tidak langsung aku iyakan perlu pertimbangan berhari-hari untuk
memutuskannya. Ya karena memang sudah nyaman dengan keadaan saat itu, sudah
menerima gaji yang cukup untuk pemuda sepertiku, udah nggak harus mikir mata
pelajaran/kuliah, udah nggak usah mikir nyari kerja lagi dan masih banyak
kenyamanan yang aku dapet dari situ. Kebanyakan orang juga akan merasa malas
apabila dia harus kembali belajar di kelas setelah dia bekerja dan mendapat
materi yang cukup menggiurkan. Atau itu Cuma perasaanku doang ya, tapi kayaknya
nggak deh memang begitu adanya. Hehe :D
Setelah
aku pertimbangkan beberapa hari, aku memutuskan untuk keluar dari zona nyaman
ini, mencoba untuk kembali bergelut dengan buku-buku, ingin mencoba memperbaiki
dan menambah kualitas diri dengan masuk di perguruan tinggi. Memang iya tidak
ada jaminan setelah lulus kuliah akan mudah mendapat pekerjaan, bahkan yang
lebih baik dari pekerjaanku sebelumnya. Atau malah sebaliknya, ada kemungkinan
juga karena malas-malasan kuliah akhirnya tidak lulus-lulus dan berakhir dengan
DO. Kan malah menghabiskan uang saja tidak ada hasil. Ya, kemungkinan buruk itu
pasti ada. Yang penting aku harus optimis dulu dengan hasil yang akan aku raih.
Untuk
masuk perguruan tinggi negeri pasti harus dengan usaha, mulai dari mendafar tes
SBMPTN sampai dengan registrasi di PTN yang menerima. Tidak banyak persiapan
yang aku lakukan sebenarnya, untuk belajar menghadapi tes pun Cuma dilakukan
sebulan sebelum dilangsungkannya tes tersebut, dan hanya pada hari libur
kerjaku( 2 hari dalam seminggu). Dan akhirnya pengumuman menyatakan aku lolos
tes SBMPTN dan diterima di Universitas Negeri Semarang. Aku sangat bersyukur
karena bisa diterima di PTN, itu artinya aku masih bisa membayar biaya kuliah
yang lebih rendah daripada di PT Swasta. Ya di akhir kontrak kerjaku di Astra
Otoparts, aku memutuskan untuk tidak melanjutkan kontrak kerjanya lagi.
Walaupun berat sebenarnya melepas itu
semua, tapi ini jalan yang aku pilih tetap harus disyukuri.
Hijrahku
ke Semarang untuk belajar ternyata membawa perubahan yang cukup signifikan.
Tidak hanya raganya saja yang berhijrah tetapi hati ini juga ikut berhijrah
dari kegalauan yang sebelumnya melanda kepada kenyamanan yang nyata. Perburuan
ini dimulai pada saat masih menjadi mahasiswa baru alias maba. Maba yang masih
pengen tahu ini itu, pengen masuk organisasi ini dan itu. Akhirnya berlabuh
juga di suatu organisasi kerohanian islam namanya EKSIS FE UNNES, dengan niat
agar aku bisa berkumpul dengan orang-orang yang punya semangat agama yang
tinggi dan harapanku biar bisa ketularan seperti mereka. Sebulan dua bulan
masih beradaptasi dengan lingkungan yang ada, Tanya ini itu, ikut ini itu.
Mulai dari Syuro pagi dengan kekhasannya yang memakai hijab pembatasan putra
dan putri, dimulai dengan tilawah dan taujih dan sebagainya, hingga ikut
kajian-kajian islami yang diadakan EKSIS. Di sinilah aku menemukan keluarga
baru yang sangat terasa kekeluargaannya.
Selain di organisasi,
kegiatan kuliah pun berjalan lancar walaupun pada awalnya rada tersendat karena
basicnya aku bukan dari SMK Ekonomi ataupun SMA IPS. Ya apapun kalau dinikmati
maka hanya rasa syukur yang ada. Tidak terasa sudah 1 tahun aku tinggal di
semarang. Dan sekarang aku sedang menikmati kesibukanku sebagai mahasiswa yang
belajar di kelas dan sibuk menjadi aktivis di organisasi. Aku merasa sangat
bersyukur telah menjadi keluarga besar Universitas Negeri Semarang, tidak
memandang karena universitas kelas atas atau menengah tetapi karena nikmat iman
dan islam yang telah Allah hadirkan di sini. Alhasil setelah 20 tahun lamanya akhirnya aku
bisa benar-benar menikmati indahnya islam sedikit demi sedikit. Ya, hidayah
memang tidak ada yang tahu kapan datangnya kecuali Allah.
Ya itulah
sedikit kisah yang pernah aku alami. Keluar dari zona nyaman bukan berarti
setalah itu kita tidak bisa kembali mendapatkan kenyamanan itu lagi. Malah
justru berpotensi mendapat yang lebih nyaman dari sebelumnya. Nyaman itu bukan
hanya sekedar materi, tidak selamnya bisa ditukar dengan materi. Kenyamanan
hatilah yang paling utama, hati yang ingin selalu tertaut kepada Allah.
Dari
seorang yang sedang mempersiapkan mimpi-mimpinya dan siap keluar dari zona
nyaman ini untuk memperoleh Zona Nyaman berikutnya.
Semarang,
23 Agustus 2015