Friday, February 17, 2017

Membangun Budaya Literasi Anak – anak dan Pemuda Desa





Membaca merupakan aktivitas yang dapat menambah pengetahuan, wawasan dan dapat mengembangkan pola pikir manusia. Dalam agama islam, perintah pertama dari Allah kepada Nabi Muhammad adalah membaca yaitu melalui firman Allah yang tertuang dalam surah Al Alaq ayat 1-5. Membaca adalah sumber dari berbagai ilmu pengetahuan yang dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan manusia. Bagitupun dengan menulis, dengan menulis dapat mengembangkan ide-ide dan kreatifitas seseorang. Maka membaca dan menulis sangat penting bagi seseorang untuk dapat mengenali dan mengubah dunia.
Namun, budaya literasi di Indonesia masih sangat rendah. Berdasarkan laporan penelitian di bidang literasi yang dilakukan oleh Central Connecticut State University di New Britain, Conn, Amerika Serikat menempatkan Indonesia pada posisi 60 dari 61 negara. Selain penelitian diatas berdasarkan data UNESCO, persentase minat baca Indonesia hanya 0,01 persen. Dari persentase tersebut dapat dipahami bahwa dari 1.000 orang hanya ada satu orang yang terbiasa membaca. Hasil penelitian tersebut menunjukkan betapa lemahnya budaya literasi masyarakat Indonesia. Minimnya budaya literasi masyarakat Indonesia tidak hanya dialami oleh masyarakat awam saja, kalangan terpelajar atau di dunia pendidikan pun masih jauh dari budaya literasi.
Dari banyaknya masalah mengenai lemahnya budaya literasi di Indonesia ini, maka perlu adanya perbaikan dari bagian hulu atau dasar masyarakat Indonesia yaitu dari lingkup terkecil seperti desa. Sebagai seorang mahasiswa, saya tidak ingin hanya besar di kampus tetapi harus bisa besar juga di masyarakat dengan berkontribusi langsung di masyarakat dengan aksi sosial kita. Maka dari itu saya ingin membuat social project yang akan saya lakukan di tahun 2017.
Project pertama yang akan saya lakukan adalah mendirikan Rumah Baca yang bertempat di desa tempat saya tinggal. Bukan hanya sekedar rumah baca tentunya, namun saya berencana akan membuat kegiatan yang akan rutin dilaksanakan seminggu sekali atau dua minggu sekali yang bertujuan untuk meningkatkan minat membaca dan menulis. Kegiatan tersebut dapat berupa Sharing motivasi, lomba-lomba, dan pelatiahan menulis. Sasaran utama dari project Rumah Buku dan kegiatan penunjangnya adalah untuk anak-anak dan pemuda di desa saya. Namun tidak menghalangi bagi kalagan umur lainnya untuk memanfaatkan fasilitas umum ini.
Mengapa sasaran utamanya adalah anak-anak dan pemuda karena anak-anak adalah generasi yang akan melanjutkan peran pemuda yang sekarang maka harus dibentuk kebiasaan-kebiasaan yang dapat menunjang produktivitas mereka di masa mendatang. Sedangkan pemuda adalah generasi yang seharusnya memiliki produktivitas di bidangnya masing masing, budaya literasi sangat mendukung untuk meningkatkan kualitas produktivitas.
Project yang saya gagas ini baru memasuki tahap pencarian dana dan donatur dalam bentuk buku atau peralatan lainya melalui proposal yang diberikan kepada dinas-dinas terkait maupun perusahaan di wilayah Kabupaten Banyumas. Saya berharap dengan berjalannya project ini akan banyak memberikan manfaat untuk masyarakat di desa saya. Menyadarkan masyarakat akan pentingnya budaya literasi dan membiasakan masyarakat untuk membaca dan menulis. Dan akhirnya ikut berkontribusi mewujudkan cita-cita Negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai yang ada dalam pembukaan UUD 1945.

Rumus Buat Jomblo





            Ceritanya habis buat tabungan dari toples yang dilubangi tutupnya buat tempat masukin duit. Wujud tabungannya seperti gambar pada ilustrasi di atas lengkap dengan tulisannya (memang itu tabungan saya yang difoto J). Saking senengnya karena baru bikin tabungan untuk menyiapkan pernikahan, bawaanya kepengin masukin uang mulu ke dalam tabungan. Apalah daya yang buat ngisi tuh tabungan memang terbatas.
            Anda jomblo? Nggak usah galau lah yau, pengen tau obatnya? Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Nah gambar ilustrasi di atas merupakan rumus buat para jomblo kepala dua kayak saya, tampang Pas-pasan dan dompet kekeringan. Namun nggak usah khawatir, Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan kok. Pastilah kita bakalan mendapat pasangan yang sesuai dengan diri kita. Karena jodoh kita merupakan cerminan diri kita, jika kita baik maka jodoh kita baik dan sebaliknya jika kita buruk maka jodoh kita sama dengan kita. Ingat ya QS Annur ayat 26.
            Kuy kita sama-sama fokus untuk memperbaiki diri dengan mengamalkan rumus di atas, Yang pertama, Perbanyak ilmu dan amal. Ilmu ini sangat penting, baik ilmu agama atau ilmu dunia. Dalam hadits disebutkan bahwa jika kita ingin selamat di dunia maupun selamat di akhirat maka harus dengan ilmu. Untuk membina sebuah rumah tangga pun demikian, diperlukan ilmu agar kita tahu bagaimana cara memperlakukan istri yang baik, bagaimana cara merawat anak, bagaimana mendidik anak menjadi sholih dan sebagainya. Setelah berilmu hal yang perlu dilakukan adalah mengamalkan ilmu itu. Dan idealnya semakin berilmu maka semakin banyak pula dia beramal. Semakin rajin ibadahnya dan semakin baik akhlaknya. Maka insyaAllah kita akan mendapat pasangan yang baik ilmunya dan baik amalnya.
            Yang kedua, perbanyak puasa. Puasa ini yang akan membentengi kita dari perbuatan maksiat. Maklum lah jomblo kronis kalau liat cewek dikit aja pasti lirik sana lirik sini. Maka diperlukan benteng yang super kokoh untuk menghadapi masalah yang satu ini, apalagi cewek jaman sekarang mudah sekali mengunggah foto dirinya di sosial media, baik foto seksi dengan pakaian serba mini sampai yang tertutup cadar pun ada. Cowok tidak harus curi-curi pandang lagi, sudah bisa memandang cewek yang dia suka sebanyak mungkin sepuasnya. Maka puasa ini sangat bermanfaat untuk membentengi diri dari berbagai macam godaan termasuk godaan perut yang menguras dompet.
            Yang ketiga, mulailah menabung. Saya mendapat analogi yang cocok dari buku Halaqah cinta-nya ustadz arif Rahman. Ketika ada seorang anak SD ingin membeli sepeda kemudian ia meminta kepada orang tuanya apakah permintaanya akan dipenuhi? Bisa jadi iya, bisa jadi tidak. Namun ketika anak SD itu kemudian menabung dan berhasil mengumpulkan uang Rp.200.000 yang ia sisihkan dari uang sakunya dan meminta kepada orang tuanya agar ditambahkan uangnya untuk membeli sepeda, apakah permintaannya terpenuhi? Kemungkinan akan terpenuhi semakin besar.
            Lantas jika nabungnya dikit-dikit pake celengan di rumah apa sudah cukup? Kemungkinan besar sih belum. Tapi ingat analogi anak SD diatas. Bukankah tidak harus terpenuhi hanya dengan usaha kita sendiri? Jadi tabung aja sebisa kita, nanti dengan izin dari-Nya, kita insya Allah akan diberi kemudahan (Arif Rahman, 2014). Meski belum ada calonnya, itu mah urusan belakangan. Coba lihat analogi anak SD lagi, anak SD itu terus nabung walaupun belum tahu model sepeda seperti apa yang akan ia beli. Orang tuanya bakalan membelikan sepeda sesuai dengan kondisi sang anak.
            Bagaimana, sudah nggak galau lagi kan? Jadi kesimpulannya semakin kita nambah 3 variabel X (Puasa + Ilmu dan amal + Nabung) maka semakin besar pula harapan kita untuk segera dipertemukan dengan jodoh kita. Tentu Allah akan memilihkan sesuai dengan kondisi kita.
*Jangan protes sama Rumusnya ya, ini suka suka gue. Hihi

Semarang, 17 February 2017

Tuesday, February 14, 2017

Ruh yang Kering


Ilustrasi: Google


            Ketika liburan semester tiba maka saatnya kita pulang ke kampung halaman. Sebagai mahasiswa perantauan, saya pun selalu menanti-nanti momen seperti ini. Tentu menjadi kurang menarik ketika harus menghabiskan waktu satu bulan lebih tanpa kegiatan yang bermanfaat. Karena liburan terlalu lama pun akhirnya sangat membuat saya bosan.
            Untuk mengisi waktu liburan saya mencoba untuk mencari kegiatan yang produktif dan tentunya bermanfaat. Hari pertama liburan masih semangat dengan mencari rekan yang kuliah di daerah sekitar banyumas untuk diajak diskusi dan sharing. Alhamdulillah hari itu dapat ilmu yang cukup bermanfaat tentang kepenulisan bersama mas Syah dari IAIN Purwokerto. Hari-hari berikutnya saya pun lebih sering di rumah, namun cukup ada pekerjaan yang bisa kerjakan. Kadang pergi ke ladang untuk sekedar membantu bapak, namun lebih sering di rumah untuk membantu beberes rumah atau untuk menjemur kapulaga hasil panen dari ladang. Lumayan juga, harga kapulaga kering di tengkulak Rp. 70.000 per kilogramnya. Selama liburan Alhamdulillah dapat 9KG kapulaga kering.
            Berbagai kegiatan telah dilakukan dan berbagai kebutuhan seperti makan selalu terpenuhi selama liburan, namun masih ada sesuatu yang kurang dan belum terpenuhi selama liburan. Ruh ini serasa kering, ruh ini merindukan nasihat-nasihat para ulama, rindu akan duduk di majelis ilmu, dan rindu akan orang-orang shalih yang sering berada di sekeliling. Maafkan aku yang tidak bisa menjaga ruh ini tetap subur, apa kabar tilawahku? Apa kabar dhuha dan tahajjudku?
            Selama di kampung halaman, tidak ada sekali pun kajian ilmu yang dijalankan di masjid. Khotbah jumat sebagai event mingguan yang seharusnya bisa menambah perbekalan ilmu serasa tak menarik untuk didengarkan. Selain menggunakan bahasa jawa( entah jawa krama atau apa) yang sulit untuk dipahami, isi khotbah yang disampaikan pun dilakukan dengan membaca secara text book tulisan arab yang membuat khotib terkadang kesulitan membacanya. Dengan seperti itu maka khotbah hanya sebagai syarat/rukun sholat jumat saja, tidak ada manfaat untuk menambah keilmuan masyarakat.
            Adapun jika ingin menghadiri majelis-majelis ilmu harus pergi ke kota Purwokerto yang jaraknya 30 KM dari tempat saya, harus ditempuh selama kurang lebih satu jam dengan kondisi jalanan yang cukup sepi jika berkendara pada malam hari. Dengan kondisi seperti ini ternyata semakin menambah kefuturanku. Semoga dengan berangkat kembali ke tempat mencari ilmu di Semarang membuat semangat ruh ini, menghidupkan ruh ini kembali.
            Yang harus saya lakukan sekarang bukan hanya mengutuk kegelapan, harus bisa menyalakan cahaya dengan caraku. Suatu saat nanti semoga aku bisa menghidupkan suasana majelis ilmu di kampung saya, membuat berbagai kegiatan yang positif untuk anak-anak, remaja ataupun kalangan lainnya dengan menyatukan kembali semangat pemuda kampung tercinta. Yap semoga saja, kita yang merencanakan Allah lah yang menentukan.

Semarang, 14 Februari 2017

Monday, February 13, 2017

Nostalgia Gen 90



Sumber : Google
Ayo maju

Mobilku melaju cepat
Dengan membawa impianku
Semangatlah tuk melaju lebih cepat
Esok hari cerah menanti
Disaat rasa cemas datang dan melanda di hati
Terbayang senyuman yang kurindukan
Lets Go bersatu dengan angin
Larilah mimpi-mimpiku

Ku tak akan pernah menyerah winnig run


Temen-temen ada yang tahu ngga itu lirik lagu apa? Yes, kalau ada yang tahu berarti kita seumuran. Bagi anak-anak generasi 90an, ada tontonan yang selalu dinanti-nanti di akhir pekan. Khususnya di hari minggu, tayangan kartun sudah dimulai dari jam 6 pagi hingga jam 12 siang. Anak-anak gen 90 disuguhi tontonan kartun seperti lets and go (Tamiya), captain Tsubasa, crush gear, bayblade, doraemon, ultraman, kamen rider, shincan, ninja hatori, hingga power rangers. Nah yang diatas merupakan lirik lagu opening film Lets And Go atau lebih kita kenal dengan Tamiya, Itu lhoo yang anak SD balapan mobil mini sambil lari-lari dan teriak ayo maju mobilku.
 Saya ingat betul dengan boomingnya film-film kartun asal negeri sakura tak terkecuali di Indonesia. Anak-anak gen 90 pun diboomingkan dengan mainan ala-ala film kartun tersebut. Sebut saja Tamiya, crush gear, bayblade, dan yoyo. Masih ingat kan dulu ketika balapan Tamiya, malah nabrak tembok sehingga bamper dan rollernya patah. Atau ketika main crush gear dan bayblade yang di filmnya terlihat sangat seru dengan tabrakan dan saling adu antar bayblade/crush gear, ketika kita yang main kok gak bisa nabrak-nabrak malah semakin menjauh kayak aku dan dia *eh. Dan ternyata baybladenya juga gak bisa keluar naga? Seru memang, imajinasi anak gen 90 memang luar biasa.
Dari tayangan sebenarnya kita juga bisa petik hikmahnya lho. Misalkan di film Lets And Go, bagaimana pasangan kakak beradik Retsu dan Go yang selalu bersemangat dalam menghadapi setiap turnamen balapan Tamiya. Go yang keras kepala dan kadang ceroboh namun pantang menyerah dan peduli terhadap teman-temanya. Sang kakak Retsu lebih dewasa dan bisa mengayomi sang adik, dia juga sangat teliti dan penuh perhitungan terhadap apa yang ia kerjakan misalnya saat mensetting mobil Tamiya miliknya. Dan ketika mereka bertemu dengan sahabat mereka satu persatu dengan cara yang cukup unik dan menggemaskan namun akhirnya persahabatan mereka sangat solid dengan karakter dan latar belakang yang berbeda-beda, Retsu yang pintar, Go yang pemalas di kelas namun semangat ketika bermain Tamiya, tokichi mikuni sang miliarder yang selalu dikawal bodyguard konyol, jun sang penjaga toko mainan, kakak beradik rio dan jiromaru sang anak gunung, dan Jay yang pendiam namun jago merancang mobil. Itulah persahabatan yang tidak mengenal latar belakang, namun tetap solid dan saling mengerti.
Yap, setidaknya di liburan kali ini ada teman buat menghilangkan penat dan itung-itung bernostalgia dengan film kartun gen 90. Kurang lebihnya ada 30 episode lebih film Lets And Go yang cukup mengobati rinduku dengan film-film kartun yang ngetop pada zamannya. Saya cukup prihatin dengan anak-anak generasi sekarang yang secara tak disadari telah dicekoki film atau sinetron yang sama sekali tidak mendidik, contoh saja kayak sinetron anak jalan yang ngajarin anak buat bikin geng motor, kebut-kebutan di jalanan. Efek negatifnya banyak terjadi loh, salah satunya yang terjadi di jalan kaliurang Yogyakarta, anak smp yang sok-sokan pake motor gede ngebut di jalanan ramai sehingga menabrak motor mahasiswa UII hingga meninggal dunia, dan yang terjadi pada motor si bocah ini adalah motornya terbelah menjadi dua bagian, ngeriii seberapa kenceng tuh motor. Belum lagi efek negative nonton sinetron cinta-cintaan ala remaja, beuuhh sekarang maksiat di kalangan anak-anak atau remaja semakin menjadi jadi saja.
Huh, cukup prihatin ya dengan kondisi generasi kekinian sekarang. Mari kita bantu bikin generasi selanjutnya lebih baik lagi dengan mengontrol tontonan anak-anak kita. Hah kita? Emang gue udah punya anak? Yaudah, anak-anak panjenengan sedoyo dan kerabat, adik, keponakan kita dari bahaya tontonan yang kurang mendidik. Dan satu lagi, saya sangat prihatin juga karena anak sekarang lebih hafal lagu mars perindo dibanding lagu nasional Indonesia. Sudah-sudah cukup, semoga segera lahir anak-anak hebat seperti Laode Musa yang Hafidz 30 Juz atau remaja seperti Wirda Mansur yang Kekinian namun rajin Hafalan Al Quran juga. Aamiin

Semarang, 13 Februari 2017

Sunday, February 5, 2017

Jangan Remehkan Lisanmu





Di suatu sore ketika saya sedang asyik menulis di kamar tiba-tiba ada sesuatu yang membuat saya kaget karena ada suara keramaian seperti di pasar. Sontak membuat saya langsung keluar rumah untuk melihat keadaan yang sedang terjadi, takutnya ada kejadian yang tidak diinginkan karena banyak ibu-ibu di depan masjid sedang berkerumun. Setelah saya cari tahu ternyata hanyalah kerumunuan ibu-ibu yang sedang melakukan agenda mingguan yaitu yang biasa kita kenal dengan nama ARISAN. Dalam benak saya bergumam, kok bisa-bisanya hanya acara arisan saja ramenya kaya di pasar. Kejadian ini berlangsung cukup lama sekitar setengah jam, sehingga cukup membuat telinga ini kurang nyaman.
Seperti itulah gambaran ketika para perempuan saling bertemu, pasti ada-ada saja yang dibicarakan. Ketimbang laki-laki, perempuan memang lebih suka berbicara. Menurut penelitian yang dilakukan dalam studi di Amerika Serikat yang mengatakan bahwa dalam sehari perempuan dapat mengucapkan  sekitar 20 ribu kata, sementara lelaki hanya 7 ribu kata per hari. Penyebab perbedaan jauh itu karena pada perempuan ada sebuah protein bernama Foxp2 yang jumlahnya jauh lebih banyak ketimbang yang ada pada laki-laki. Maka tak heran jika perempuan lebih cerewet ketimbang laki-laki. Fakta di atas diperparah dengan kebiasaan ibu-ibu rumah tangga yang ketika ditinggal oleh para suaminya bekerja mereka lebih suka berkumpul dengan ibu-ibu lainnya, sehingga pembicaraan pun semakin sering terjadi.  Coba bandingkan ketika para lelaki saling berkumpul, biasanya mereka berbicara dan bergurau seadanya dengan ditemani kopi ataupun rokok yang ada di sela-sela jarinya (penulis tidak merokok).
Tampak dari Kejauhan: Ibu-ibu ARISAN sedang berkumpul
Lisan merupakan kenikmatan yang Allah berikan kepada hambanya. Lisan merupakan anggota badan yang cukup kecil dibandingkan dengan anggota badan yang lainnya. Namun, lisan dapat membuat pemiliknya masuk ke surga atau bahkan sebaliknya llisan membuat pemiliknya menjadi ahli neraka. Oleh karena itu, kita sebagai seorang muslim sudah seharusnya dapat menjaga lisan kita.

“ Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, hendaklah ia bertutur kata yang baik atau lebih baik diam”
(HR. Bukhari dan Muslim)

            Hadits di atas bukan hanya untuk perempuan lhoo, tapi juga untuk laki-laki. Walaupun perempuan yang lebih banyak berbicara, namun perintah untuk menjaga lisan ditujukan kepada seluruh umat manusia. Bagaimana bisa satu lisan saja jika tidak dijaga dengan baik maka akan dapat menyakiti hati orang lain. Contoh saja kasus yang tengah melanda umat islam di Indonesia. Gara-gara lisan seorang pejabat publik (red: Ahok) yang tidak bisa dijaga dengan baik dapat melukai jutaan umat muslim di dunia, terutama di Indonesia. Sehingga muncullah aksi 411 dan 212 yang begitu luar biasa dapat menyatukan jutaan umat islam Indonesia. Saya pun secara pribadi sangat marah mendengar ucapan Ahok yang menista Al Quran, menisa Islam. Menurut saya, sangat tidak pantas seorang pemimpin yang seharusnya menjadi panutan warganya malah justru berkata yang tidak baik.
            Kita harus ingat bahwa perkataan adalah doa, jika perkataanmu baik maka doamu juga baik dan sebaliknya jika perkataan kita buruk maka itulah doamu. Kita juga harus selalu ingat bahwa malaikat Roqib dan Atid selalu mencatat apa saja yang kita perbuat, termasuk lisan kita. Tidak ada satu kata pun yang tidak mereka catat sebagai amal kita. Namun, di akhirat kelak mulut kita dikunci. Lisan ini tidak bisa bersaksi di hadapan Allah, Lisan ini tidak bisa mengeluarkan perkataan dusta kepada-Nya. Hanya Anggota tubuh lainnya yang dapat bersaksi di Hadapan-Nya dan mempertanggungjawabkan apa saja yang pernah kita perbuat, termasuk ucapan yang keluar dari lisan kita.
Sudah selayaknya kita sebagai manusia berbuat sesuai dengan fitrahnya, yaitu berbuat kebaikan. Gunakanlah lisan kita sebagai sarana berbuat kebaikan, berdoa, berdzikir, bersholawat, membaca Al Quran dan aktivitas positif lainnya. Bukan untuk berbuat kemungkaran, menggunjing, mencaci, memaki, menghina dan sebagainya. Menjaga lisan memang tidak mudah, teruslah berikhtiar untuk berkata baik. Jika tidak bisa berkata baik, diam menjadi pilihan terbaik.

Purwokerto, 5 Februari 2017