Friday, October 2, 2015

“SOPO SING JUJUR,AJUR” BENARKAH DEMIKIAN?





Setelah sekian lama terjerembab oleh kesibukan yang lumayan menyita waktu di kampus. Akhirnya sekarang bisa menyempatkan sedikit waktu saya untuk berbagi  cerita ataupun sedikit pengetahuan yang saya miliki. Untuk kali ini saya ingin mencoba sedikit mengulas tentang salah satu slogan jawa “Sopo sing Jujur,Ajur” yang mempunyai makna bahwa barang siapa yang Jujur akan semakin hancur. Untuk membahas slogan tersebut, terlebih dahulu akan saya sampaikan tentang kejujuran terlebih dahulu.

Mengangkat topic tentang Kejujuran merupakan pembicaraan yang mahal, Kejujuran tak ubahnya ibarat barang langka, namun banyak orang yang mencarinya. Terasa susah mencari orang jujur atau yang bisa dipercaya, bahkan tak jarang orang kepercayaan kita pun bisa menjadi musuh dalam selimut. Di era kemajuan teknologi seperti sekarang ini, kejujuran merupakan modal yang paling mendasar. Keakuratan dalam memberikan informasi, berita, data, fakta atau memberikan kesaksian, pengiklanan, jual beli dan sebagainya semua tergantung kepada factor kejujuran. Contoh kecil saja ketika kita menggunakan foto editan pada profil Facebook atau medsos lainnya dengan tujuan untuk menjadikan foto tersebut terlihat lebih cantik atau lebih keren dari yang aslinya untuk menarik lawan jenis. Banyak kasus seperti itu yang telah terjadi yang membuat orang lain kecewa bahkan sampai menyebabkan terjadinya penipuan, penculikan hingga pelecehan seksual.

Banyak motif yang menyebabkan orang tidak mengindahkan kejujuran yang suci ini. Demi mengejar persaingan posisi/jabatan, persaingan bisnis, persaingan dalam kompetisi olahraga, dan dalam dunia pendidikan pun tak jarang dapat melupakan prinsip kejujuran. Apabila dalam dunia pendidikan saja sudah terlepas dari prinsip-prinsip kejujuran, maka bagaimana dengan yang di luar dunia pendidikan?


Demikian pula dalam rumah tangga, sangat perlu ditanamkan dan diterapkan prinsip kejujuran yang mulia ini. Betapa menyesalnya orang tua, bila sang anak sudah tidak bisa dipegang kejujurannya lagi? Betapa parahnya keretakan hubungan suami istri, bila keduanya tidak saling menaruh kepercayaan? Jika dalam keluarga saja ketidakjujuran membawa dampak negative yang luar biasa, maka bagaimana lagi dampak yang akan ditimbulkan dalam masyarakat yang lebih luas?

Jujur adalah Tanda Orang Yang Beriman
Sesungguhnya agama islam yang dibawa oleh baginda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam adalah agama yang menjunjung tinggi prinsip kejujuran. Beliau sendiri adalah seorang yang mendapat gelar Al-amin yang berarti orang yang dapat dipercaya. Karena Beliau melandasi setiap tindakannya diatas prinsip kejujuran. Dalam Al Quran Allah berfirman
“hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.” (At Taubah : 119)

Dalam ayat di atas, Allah memerintahkan kepada oprang-orang yang beriman agar orang mereka bertaqwa dan berjalan bersama orang-orang yang jujur. Artinya bahwa jika seseorang itu beriman maka konsekwensinya harus bertaqwa, dan salah satu bentuk taqwa adalah dengan bertindak dengan jujur. Karena kejujuran adalah tanda kesempurnaan iman dan taqwa seseorang kepada Allah.

Lantas bagaimana dengan slogan jawa yang mengatakan “Sopo sing Jujur,Ajur”? benarkah demikian? Mungkin slogan tersebut mengambil dari keadaan yang kebanyakan terjadi sekarang. Di mana sangat sulit menemukan orang yang jujur dan orang yang jujur biasanya kalah walaupun tidak semuanya berakhir demikian. Contoh real yang paling dekat dengan kita misalnya, Banyak siswa dari SD, SMP, SMA bahkan mahasiswa yang masih sering melakukan kecurangan pada saat ujian. Atau contoh lainnya adalah ketika sebagian besar politikus yang menghalalkan segala cara untuk memperoleh kekuasaannya sehingga orang-orang yang jujur akan mudah tersingkirkan.

Dilihat dengan sudut pandang akal pendek kita mungkin slogan tersebut memang benar adanya. Tetapi jika kita telusur lebih jauh lagi maka akan berbeda hasilnya. Dan slogan seperti itu juga mengajarkan kita akan sesuatu yang negative, mengapa demikian? Karena orang akan  beranggapan bahwa kejujuran akan membuat kita hancur dan kalah bersaing. Sehingga orang akan lebih memilih untuk meninggalkan prinsip-prinsip kejujuran dalam kehidupan sehari-hari. Bukannya memperbaiki suatu kerusakan malah justru semakin memperparah keadaan.

Setiap yang menabur biji kebaikan pasti ia akan menuai kebaikan dan demikian pula setiap yang menabur biji kejelekan pasti ia akan menuai kejelekan pula. Ini merupakan sunatullah( ketetapan dari Allah) yang sejalan dengan fitrah yang suci. Jujur merupakan amalan yang amat terpuji. Dari sebuah kejujuran maka akan tegak kebenaran, keadilan dan sekian banyak kebaikan di balikna. Hati akan menjadi lebih tenang dan tentram. Karena orang yang jujur itu tidak mengurangi atau menzhalimi hak orang lain. Sehingga menambah keparcayaan dari orang lain.

Cobalah perhatikan, bila seseorang berkata atau bertindak jujur, maka orang lain akan merasa dihormati, diperlakukan adil, tidak dizhallimi atau dikhianati. Sehingga menmbuhkan sikap saling percaya, menambah rajutan ukhuwah dan mahabbah(kasih saying). Namun sebaliknya, dari ketidakjujuran akan menyebabkan terjatuh dalam perbuatan zhalim dan curang yang menyebabkan memudarnyasikap saling percaya bahkan akan timbul kedengkian, permusuhan dan sikap jelek lainnya. Jadi kesimpulannya adalah, jika kita masih bisa bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip kejujuran mengapa kita harus berbuat sesutau yang tidak jujur?

Ingat! Jujur itu mahal, jadi mau jadi orang yang mahal da dihargai orang lain atau menjadi orang yang murahan yang dengan mudahnya diinjak-injak oleh orang lain.? Ya, jawabannya ada pada diri kita sendiri. Rasul aja jujur masa kamu engga.
#AyoJujur #SaveKejujuran #JujurItuIndah #JujurAlaRasulullah

Sumber referensi : Buletin saku Al Ilmu Edisi 01[1435 H]
Semarang, 1 Oktober 2015